Selamat Membaca di Blog Saya :)

Sabtu, 22 Oktober 2011

Berakhirnya Rezim Khadafi

Dalam sepekan terakhir, pemberontak terus menyerbu kota Tripoli, ibukota Libya. Sang diktator Muammar Khadafi pun mulai terdesak. Inikah akhir 42 tahun rezim pemimpin tiran tersebut?





Mulai tanggal 20 Agustus 2011, pemberontak sudah mengguncang Tripoli sepanjang malam. Pemberontak tersebut bahkan telah mengambil alih salah satu barak milik pasukan elite Khadafi yang dipimpin oleh salah seorang putranya yaitu Khamis.

Secara diam-diam juga, para pemberontak telah menyiapkan serangan ke Tripoli selama berbulan-bulan dan mulai melancarkan serangan ke Tripoli pada beberapa hari yang lalu. Juru bicara pemerintah, Moussa Ibrahim mengatakan ada 1.300 orang tewas akibat pertempuran ini.

Wakil ketua pemberontak dari Dewan Transisi Nasional (NTC) Abdel Hafiz Ghoga menyebutkan batas waktu untuk Khadafi sudah habis.

"Jam nol sudah dimulai. Pemberontak di Tripoli sudah bangkit," kata Ghoga dari Benghazi.

Mantan PM Libya, Abdel Salam Jalloud yang sehari sebelumnya membelot kepada pemberontak muncul di televisi Al Jazeera via video internet. Dia menyerukan semua rakyat Libya melawan sang tiran.

"Malam ini kita menang melawan ketakutan," kata dia. Petinggi NTC, Mohammed al Allaqi, mengatakan Jalloud sudah berada di Roma, Italia.

Pertempuran yang akhirnya mencapai Tripoli, disambut gembira di Benghazi dan berbagai kota. Pergerakan pemberontak ke Tripoli telah mengubah peta kekuatan sejak mereka berhasil menguasai kota Zawiyah minggu lalu. Kota Tripoli pun terisolasi.

Pasukan pemberontak juga sempat mengklaim sudah menangkap tiga anak Khadafi. Mereka adalah Saif al-Islam dan Al-Saadi serta Muhammad, putra sulung Khadafi yang dikabarkan menyerahkan dirinya ke pihak oposisi.

Namun belakangan, Saif al-Islam muncul di hadapan publik dari markas Khadafi di Tripoli. Sejumlah wartawan yang ada di Tripoli, termasuk koresponden AFP, mengakui melihat sosok Saif al-Islam berada di kompleks markas Khadafi di Tripoli.

"Saya di sini untuk membantah kebohongan," tegas Saif al-Islam merujuk pada kabar penangkapan dirinya.

Khadafi juga tidak tinggal diam. Lewat siaran televisi pemerintah, dia menyerukan kepada warganya untuk melawan para pemberontak di Tripoli.

"Saya takut ketika kita tidak bertindak, mereka akan membakar Tripoli," ujar Khadafi pada 22 Agustus lalu. "Tidak ada akan air, makanan, listrik bahkan kebebasan," tambahnya.

Namun seruan itu tidak bertahan lama. Sehari berselang setelah seruan perlawanan itu, Khadafi akhirnya bersedia berunding dengan para pemberontak. Perundingan akan segera dilaksanakan.

Menurut juru bicara pemerintah, Moussa Ibrahim, seperti ditayangkan dalam televisi pemerintah, Khadafi kini sedang mempersiapkan negosiasi secepatnya dengan kepala pasukan pemberontak Dewan Transisi Nasional.

"Presiden Khadafi secepatnya mempersiapkan negosiasi dengan pemimpin pemberontak," ujar Moussa.

Dunia pun bereaksi menyikapi serangan pemberontak ini. Ada yang memberikan dukungan, sebagian juga ada yang menolak.

Negara-negara Barat mendukung kejatuhan rezim yang lahir karena kudeta pada tahun 1969 ini. Uni Eropa dengan tegas meyakini Khadafi segera turun. Bahkan pemimpin nyentrik ini didesak segera menyerahkan kekuasaannya.

"Kita sepertinya sedang menyaksikan berakhirnya rezim Khadafi," kata Michael Mann, juru bicara untuk kepala urusan luar negeri Uni Eropa Catherine Ashton. "Khadafi harus menyerahkan kekuasaan sekarang dan menghindari pertumpahan darah lebih jauh," imbuh Mann.

Hal yang sama dikatakan Presiden Amerika Serikat Barack Obama. Dia menyerukan Khadafi untuk mengundurkan diri sekarang. Menurut Obama, rezim Khadafi telah berada di titik ujung dengan berhasilnya pasukan pemberontak menembus jatung kota Tripoli.

Tapi Khadafi bukannya tanpa pendukung. Presiden Venezuela Hugo Chavez memberikan simpati pada Khadafi dengan mengecam negara-negara Barat yang telah menghancurkan Tripoli dengan bom-bom mereka.

"Hari ini kita melihat gambar pemerintah demokratis Eropa beserta pemerintah Amerika Serikat yang seharusnya demokratis, menghancurkan Tripoli dengan bom-bom mereka," cetus Chavez yang merupakan sekutu kuat pemimpin Libya, Muammar Khadafi.

Menurut Chavez, bom-bom tersebut bahkan telah mengenai sekolah-sekolah, rumah sakit, tempat kerja dan lahan-lahan pertanian.

Aksi Chavez juga diamini Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad. Dia meminta agresi imperialis Barat di Libya dihentikan. Aksi NATO di Libya tak lebih dianggapnya sebagai proyek mengambil alih minyak.

Peneliti politik Timur Tengah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Hamdan Basyar juga memiliki analisis terkait alasan NATO membantu kaum pemberontak. Menurut Hamdan, minyak menjadi alasan utama barat memberi dukungan dana hingga senjata selama proses pemberontakan berlangsung.

"Jelas minyak. Alasan Barat membantu oposisi karena minyak. Libya itu punya minyak yang bagus. Ini kan kemarin produksinya hancur ketika perang. Itu bukan rahasia lagi. Sebagaimana Amerika Serikat di Irak, jelas minyak," ujar Hamdan.

Bagaimana dengan masa depan Libya? Hamdan menilai, kaum oposisi akan sangat berat untuk membangun kembali Libya. Sebab selama ini, negeri kaya minyak tersebut dibangun dengan politik yang berbeda dengan kapitalis atau sosialis.

Ada kemungkinan Libya jatuh pada perang suku/perang saudara?

"Justru itu masalahnya, sampai belum saat ini belum ditemukan orang kuat yang bisa dijadikan pemimpin semua kelompok. Ada kekhawatiran seperti di Irak, kelompok-kelompok itu akan mengalami perbenturan karena mereka sudah punya senjata. Kaum oposisi harus konsolidasi dan membangun politiknya seperti apa, itu adalah tantangan bagi mereka," jawab Hamdan.


Untuk mendalami kisah tentang Khadafi dan Libya, silakan buka berita-berita berikut ini:

Pemberontak Gempur Tripoli, Khadafi Coba Bertahan

Khadafi Serukan Perlawanan Terhadap Pemberontak


Pemberontak Tangkap Anak Khadafi

Belum Ditangkap, Saif Khadafi Tampakkan Diri di Tripoli


Pentagon & Gedung Putih Tegaskan Khadafi Masih Ada di Libya


Uni Eropa: Rezim Khadafi Segera Berakhir


Hamdan Basyar: Minyak, Alasan Barat Bantu Oposisi di Libya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar